Student Mobility: Dari Pulau Jawadwipa ke Negeri Matahari Terbit


 

Pengalaman membentuk cara pandang baru dan wawasan yang lebih luas kemudian mewujudkan semangat untuk memenuhi keingintahuan baru lainnya. Itulah yang Firarosa Asida, mahasiswa S2 ITP UGM, rasakan ketika berhasil menyelesaikan separuh studinya di Negeri Matahari Terbit. Menjadi kandidat terpilih pada program SUIJI Joint Program for Master Student Tahun 2024 adalah sebuah peluang yang tidak ia kira dapat mencicipinya. SUIJI JP MS merupakan program kerja sama dalam bentuk konsorsium antara tiga perguruan tinggi Jepang (Ehime University, Kagawa University, Kochi University) dan tiga perguruan tinggi Indonesia (IPB University, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Hasanuddin). Program ini dikelola oleh Japan Student Service Organization (JASSO) dengan proses seleksi yang diselenggarakan di masing-masing universitas asal. Mahasiswa terpilih nantinya dapat mengikuti studi master di perguruan tinggi di Jepang yang bersangkutan dalam satu periode (8 hari hingga satu tahun menyesuaikan ketentuan yang berlaku).

Tiga perguruan tinggi yang menjadi pilihan destinasi studi pascasarjana para penerima SUIJI Joint Program for Master Student berlokasi di Pulau Shikoku. Di perguruan tinggi ini, selain melaksanakan penelitian akhir, mahasiswa internasional dapat memilih beberapa mata kuliah wajib dan satu mata kuliah peminatan. Untuk menentukan perguruan tinggi yang akan menjadi tujuan dalam mengenyam studi pangan, mahasiswa diwajibkan memilih satu dosen pembimbing dari tiga perguruan tinggi terkait yang sesuai dengan minat dan aspirasi akademiknya.

Setelah dinyatakan menjadi kandidat dalam program SUIJI JP MS, kemudian Firarosa menentukan pembimbing yang akan membimbingnya dalam akademik dan penelitian akhir (tesis) dengan melakukan riset akan publikasi dari para dosen di Jepang. Melalui hasil penelusurannya, publikasi oleh salah seorang dosen Ehime University bernama Takuya Sugahara menarik perhatiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Sugahara-sensei sesuai dengan aspirasi akademiknya, yakni dalam ilmu pangan fungsional dengan pengujian media sel binatang membawanya menimba ilmu di Ehime University.

Firarosa tidak hanya melakukan penelitian terkait tesisnya, melainkan turut mengambil mata kuliah wajib dan pilihan di Ehime University sebagai fondasi ketika penelitian berlangsung. Firarosa pun mengambil tropical science, special research, dan special seminar sebagai mata kuliah wajib dan mata kuliah peminatan yang dipilih satu-satunya adalah cellular regulation technology. Seluruh mata kuliah dilaksanakan mulai dari bulan Mei hingga Agustus 2024, sementara masa berakhirnya mata kuliah special research (penelitian) bersamaan dengan selesainya periode program student mobility.

  • Perjalanan Tesis untuk Mengukur Dampak Anti-Alergi

Firarosa membagikan sepenggal perjuangannya dalam penelitian tesis yang ia lakukan di bawah bimbingan Sugahara-sensei.

“Penelitian saya berjudul Anti-allergic effect of kefir from goat milk with L. plantarum Dad-13: In Vitro Evaluation mengharuskan saya untuk mengembangbiakkan sel Rat Bacillus Leukemia (RBL-2H3) setiap dua hari di Animal Cell Technology, Ehime University. Budidaya sel RBL-2H3 bertujuan supaya sel-sel tersebut dapat tetap hidup dan berkembang dengan baik sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang dibutuhkan.

“Mula-mula, sampel kefir dengan L. plantarum Dad-13 dalam bentuk bubuk sudah saya persiapkan selama di Indonesia, sebelum keberangkatan ke Jepang. Air destilasi ke dalam sampel lalu dilakukan sentrifugasi supaya campuran tersebut homogen. Selanjutnya, dilakukan inkubasi (didiamkan) selama satu malam. Sampel yang sudah diinkubasi dikondisikan dalam pH 7.4 kemudian dikeringkan dalam freezer selama dua hari. Pelarutan sampel dalam air destilasi steril digunakan sebagai pengujian anti-alergi. Untuk melakukan pengujian anti-alergi ini harus melewati tahap-tahap pengujian yang saling berkesinambungan, antara lain pengujian untuk memperoleh aktivitas degranulasi kami menggunakan enzim beta-hexosaminidase. Selain itu, terdapat tahap pengecekan sitotoksisitas sampel pada sel RBL-2H3 menggunakan WST-8. Selanjutnya, dilakukan pengevaluasian penurunan konsentrasi ion kalsium dan pembentukan mikrotubulus. Lalu mendeteksi jalur persinyalan pada sampel menggunakan immunoblot analysis.”

  • Dukungan dari Lingkungan dan Pembimbing

Selama melakukan penelitian di laboratorium Animal Cell Technology, Firarosa tidak sendirian. Rekan-rekan dan dosen senantiasa membantu dan mengajari tahap-tahap penelitian anti-alergi. Selain kegiatan akademik, Firarosa turut melakukan kunjungan untuk mempelajari budaya Jepang dan menghadiri beberapa kelas bahasa Jepang. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan menambah banyak sudut pandang baru karena baginya dengan aktif di berbagai acara, ia dapat melihat hal-hal baru secara langsung. Kegiatan yang ia ikuti adalah berpartisipasi dalam proses pembuatan matcha, pemahaman tentang kepercayaan masyarakat Jepang, mengunjungi museum, hingga mendapatkan pakaian tradisional Jepang atau yang lebih dikenal sebagai kimono. Melalui pembelajaran di luar kegiatan akademik, Firarosa juga memperoleh wawasan budaya atau kebiasaan tentang kedisiplinan dan kerja keras. Kesan itu ia dapatkan dari teman-teman dan sensei selama di Ehime University, yakni orang-orang yang sangat disiplin, selalu tepat waktu, dan pekerja keras terhadap tujuan dan tugas yang diemban. Semua pengalaman berharga ini membuatnya semakin bersemangat untuk menjadi peneliti yang disiplin, jujur, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Sama seperti petuah yang pernah disampaikan Socrates,

“Pendidikan adalah langkah kebajikan untuk menyalakan api pikiran, bukan momen mengisi wadah.”

 

Pengalaman istimewa itu telah membangun Firarosa menjadi pribadi baru yang lebih baik. Segala hal baik yang ia peroleh selama pembelajarannya di Ehime University, Jepang, semoga api pikiran yang dimilikinya dapat terus berkobar dan menjadi pemantik dalam kehidupan bermasyarakat, akademik, dan karir di masa depan.


Catatan: Jawadwipa (atau Yawa-dwipa) adalah julukan Pulau Jawa yang berarti pulau yang makmur akan hasil panen padinya atau tanah tersubur di dunia. Sumber: J. Oliver Thomson (2013). History of Ancient GeographyCambridge University Press. hlm. 316–317. ISBN 9781107689923.

 

Penulis: Firarosa Asida

Editor: Adiba Tsalsabilla

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*